selamat datang.... di blog aku...

bisnis2

Selasa, 21 Oktober 2008

Generasi Kuantum Seorang Agnes Monica

Setiap orang berhak atas dirinya, untuk apapun dia inginkan. Dia berhak atas cita-cita dambaan impiannya. Dia berhak atas kebebasan untuk segala ragam ekspresi. Dia juga beraktualisasi sesuai dengan hasrat dan kemampuannya. Lebih-lebih dia berhak untuk mengungkapkan secara verbal lugas dihadapan khalayak pada umumnya. Di dalam undang-undang manapun kemerdekaan untuk mengungkapan hasrat tidak larang. Konstitusi di alam ini menjamin untuk melindungi hak-hak seseorang untuk menafsirakan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan. Termasuk berkeinginan dan berhasrat untuk tenar go international.

Pada hari jumat, tanggal 15 Juli 2005, rubrik Teroka harian Kompas, Jakarta, mendiseminasikan gagasan seorang satrawan, Danarto. Tulisan Danarto, yang juga seorang teaterawan itu, berjudul, ”Surat Cinta kepada Agnes Monica. Menurut hemat penulis ada dua hal-untuk Agnes- dalam tulisan. Pertama, sastrawan asal Slawi itu mempertanyakan apa yang dimaksud go international oleh Agnes, seperti yang dirilis media. Di sini tulisan itu sambil memberikan bukti-bukti dari prestasi para artis yang sukses sebelumnya. Apakah arti go international yang dikemukan oleh Agnes, seperti suksesnya Rhoma Irama, Ruth Sahayana, ataukan Anggun C. Sasmi? Demikian kira-kira gugatdan olok Danarto. Kedua, teaterawan itu menyarankan, untuk mengatakan menggurui, kepada Agnes untuk merefleksi-ulang dan menengok kembali pada khazanah estetika lokal. Tanpa estetika lokal seseorang tidak memiliki jati diri.

Untuk itu dalam tulisan kecil ini ada tiga hal yang menutut hemat penulis yang perlu dikemukakan. Pertama, soal makna go international. Sangant ironis jika pemahaman go internationalnya Agnes Monica diartimaknakan dengan para selebritis tersebut di atas. Danarto dengan mengemukakan sederetan artis yang memiliki prestasi, yang melintas tidak hanya di ranah lokal, Indonesia itu. Rupanya dia ingin mengemukankan kegelisahannya bahwa para artis yang dikutipnya itu telah menguji prestasi mereka tanpa harus berkoar-koar terlebih dahulu. Kenapa Agnes Monica, yang sedang bermainperan dengan aktor asal Taiwan Dao Ming Tze ini, harus berkoar ria tentang impian cita-citanya untuk go international melalui media massa? Barangkali Danarto tidak sadar dengan alam kondisi sekarang yang menjamin kebebasan ekspresi seseorang. Sekarang adalah zamannya seseorang untuk dapat mengemukakan pendapat dan bertindak serta bersikap dengan tanpa ada yang perlu ditabukan oleh sekelilingnya. Hal ini berbeda dengan pada masa para arti generasi tua yang menjaga image, agar dianggap santun dalam bersikap, bertindak dan tentu saja bertutur.

Kedua, anjuran untuk menengok kembali pada kearifan lokal (wisdom local) beserta estetikanya di didalam kandungan kebudayan nusantara. Adalah salah satu cara yang tidak bijak untuk memancing dan setback ke polemik pada masa lalu. Polemik kebudayaan yang diseminasikan oleh Sutan Takdir Alisyakhbana dengan Ki Hajar Dewantoro. Tokoh yang disebut pertama adalah orang yang mengemukakan bahwa bahwa Bangsa Indonesia untuk dapat melihat dan belajar pada kebudayaan Barat. Karena kebudayaan Barat telah membuktikan dan teruji dalam membangun kebudayaan yang mapan di kurun waktu yang panjang. Kemapanan dan keandalan kebudayaan Barat itu telah menjadikan bangsa-bangsa Barat memiliki peradaban yang monumental dan fenomenal yang perlu dimimikri (ditiru). Sedang tokoh yang disebut kedua ini didukung oleh Sultan Hamengku Buwono IX ini adalah begawan kebudayaan kita yang mengajarkan bahwa kita harus melihat dan menggali terhadap nilai-nilai dan tradisi kebudayaan kita sendiri. Maka dirumuskanlah kebudayaan nasional. Suatu kebudayaan yang tersusun dari kebudayaan-kebudayaan daerah yang diidentifikasikan menjadi kebudayaan nasional. Metamorfosis dari kebudayaan-kebudayaan daerah ke kebudayaan nasional inilah bangsa Indonesia untuk dapat dan harus bercermin dalam bersikap, bertindak dan berturur dalam kehidupan sehari-hari. Kelihataan Danarto ingin menyuluk kembali polemik kebudayaan tersebut, dengan menuliskan bahwa Agnes Monica-yang sekarang sedang shooting film berjudul The Hospital- agar dapat bercermin dan menggali nilai-nilai estetika lokal.

Terminologi lokal itu sendiri sangat rancu. Karena sesuatu dipandang sebagai “lokal” itu dilihat dari sudut mana? Nilai-nilai estetika dan tradisi dalam kebudayaan kita dapat dikatakan sebagai sesuatu yang “global”, jika dilihat dari perspektif masyarakat Barat, orang di luar lingkungan kita. Demikian juga nilai-nilai kebudayaan yang ada di masyarakat Barat dapat disebut dengan kata “global”, karena lihat dari sudut pandang kita yang di luar masyarakat Barat, entah secara geografis maupun sosio-kultur, apalagi religiusitas. Demikian juga makna go international. Sesorang dapat dikatakan go international bahwa seseorang dilihat kiprah dalam bidang tertentu ynag telah menembus batas-batas kehidupan di luar lingkungannya sendiri. Seperti hal pelantun Indahnya Cinta Agnes Monica yang dua bulan terakhir ini telah pulang-pergi antara Taiwan-Indonesia ini, menurut hemat penulis bahwa Agnes Monica dapat dikatakan telah berkiprah dalam go international dalam bidangnya.

Dan terakhir, yang ketiga, perlu kita memulai meretas kebudayaan sebagai jati diri untuk generasi kuantum. Sudah saat kita tidak mengkotomisasikan antara nilai-nilai dan esetetika “lokal” dan dengan “yang lain”. Sesuatu dikatakan “yang lain“ adalah esetetika yang datang dari luar kehidupan asal kita dilahirkan. Kita harus melakukan dekotomisasi terhadap terminologi “lokal” dengan “global” dalam kehidupan kita. Karena pada zaman seperti sekarang ini perlu kita lakukan adalah menggabungkan nilai-nilai dan estetika lokal dan estetika global. Dari manapun datangnya estetika dan nilai itu. Bukankah hikmah itu dapat datang darimana saja. Sebagai generasi kuantum tidak selayaknya mereproduksi polemik kebudayaan yang telah usang dimakan zaman.

MA Rumawi Eswe, penulis buku NGARSA DALEM DUNDUM WARISAN,LKiS, 2008.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Agnes bkn koar2 tp agnes mengekspresikan impian go int-nya.
itu aj.
support dong.
jgn resek.
agnes blm gagal.
jd jgn pernah menghina cita2ny.
agnes gagal klo dia menyerah.
thx's buat penulis yg objektif menilai cita2 agnes.

Rumawi mengatakan...

gue salah satu pendukung agnes.gue bisa hanya dukung via tulisannku.dulu tulisan ini saya kirimkan ke redaksi kompas, namun tidak dimuat. makan tulisan ini saya publiskan dalam blog-gue.

Anonim mengatakan...

Saya suka sama tulisan ini, meski terkesan berat (mungkin itu sebabnya ngga masuk Kompas..hehe..) tapi saya paham maksudnya. Saya setuju banget. Jaman demokrasi kaya sekarang, kalo orang mau mengekspresikan diri kan sah2 aja, kalo orang mau ngomong apa kan terserah dia, lha wong mulut-mulutnya dia, bodi-bodinya dia. Apalagi kalo cuman ngomongin impiannya, kok dilarang? Coba bayangkan kalau semua blogger tdk boleh mengungkapkan pikirannya. Selama omongan Agnes ngga merugikan publik, so what? Kenapa orang lain harus repot? Gitu aza koq repot! hehe..Thanks!